NEWS

Saturday, 25 March 2017

LAUNCHING BUKU "EKSTRAKSI LAUT", 2 PENULIS MAROS GALI MASA KEEMASAN SUKU BUGIS MAKASSAR TAKLUKKAN LAUTAN

Laut sangat kental dengan kehidupan orang-orang Bugis-Makassar, mereka mengenal lautan dan menjelajahinya dengan gagah-berani. Karena itu, jejak Bugis Makassar dijumpai di sejumlah tempat di nusantara bahkan di beberapa negara.

Hal itu menjadi salah satu topik paparan dalam peluncuran dan diskusi buku 'Ekstraksi Laut: Perekat Bugis Makassar Terhadap Bangsa-Bangsa', yang digelar di salah satu cafe di Maros, Jumat (24/3/2017).

Direktur Maros FM, Lory Hendradjaya saat menanggapi Buku Ekstraksi Laut karya 2 penulis Maros, Kaimuddin Mbck dan Nur Jaya (24/3/2017) (dok. ist)

Buku itu ditulis Kaimuddin Mbck dan Muh Nur Jaya dan diterbitkan Lembaga Pengkajian Strategis Salewangang (Lepass) Kabupaten Maros.

Menurut Kaimuddin Mbck, buku tersebut ditulis bukanlah didorong rasa keangkuhan sebagai orang Bugis-Makassar, namun dalam banyak referensi, nenek moyang Bugis-Makassar pada abad-abad silam mengenal lautan dan berani menjelajahinya dengan hanya perahu layar sederhana yang dibuat secara tradisional. 

Kaimuddin yang akrab disapa Bang Galo ini menjelaskan, uraian dalam buku ini diperoleh melalui studi kepustakaan, ekskapasi, dan observasi tempat secara langsung dengan kausalitas yang relevan.

Menurutnya, dalam melakukan observasi, pihaknya pun melakukan perjalanan ke tempat-tempat yang memiliki keterkaitan dengan budaya maritim Bugis-Makassar. Diantaranya perjalanan ke Bali untuk menelusuri keberadaan tokoh Bugis-Makassar di sana, Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta, Kraton Yogyakarta, Borobudur, juga perjalanan ke pembuat perahu phinisi di Bulukumba.

Sementara, Muh Nur Jaya, yang juga Direktur Lepass Maros menjelaskan buku ini merupakan buku kedua yang diterbitkan Lepass Maros, setelah buku Kearifan Budaya Lokal yang terbit tahun 2011 lalu. 

Nur Jaya mengaku, konsen mengangkat kajian budaya lokal, sebab pengaruh globalisasi menjadi ancaman budaya lokal. Penetrasi budaya luar tidak memberi tatanam budaya yang baik. Sehingga penting untuk merekontruksi nilai-nilai Bugis-Makassar agar kita tidak kehilangan identitas.

Sementara itu, peresensi buku, Ilham Halimsyah menilai, kehadiran buku ini dapat menjadi spirit baru dalam gencarnya gerakan literasi di Maros. Buku ini juga menjadi tambahan referensi bagi warga dalam memahami budaya maritim Bugis-Makassar sebagai bagian dari kajian kearifan lokal.

Ilham Halimsyah menjelaskan, seperti judulnya, ekstraksi, yang berarti ringkasan atau ikhtisar; kutipan kata, contoh, atau bagian dari buku. Maka buku ini mengumpulkan potongan-potongan kecil kisah orang-orang Bugis-Makassar dalam hubungannya dengan laut, kemudian merangkainya menjadi satu gambar utuh. 

Dalam buku ini, nama Bugis dan Makassar sengaja ditulis seiring; Bugis Makassar. Tidak menggunakan tanda hubung Bugis-Makassar, sebagaimana lazimnya penulisan dua nama berbeda. Sebab buku ini ingin memberi pengasan bahwa suku Bugis dan Makassar adalah dua suku yang selalu menyatu. Apalagi di Maros, daerah dengan kultur dua suku bangsa ini. Orang Maros adalah orang Bugis sekaligus orang Makassar dan orang Maros adalah orang Makassar yang juga orang Bugis.

Peluncuran dan diskusi buku ini dihadiri puluhan peserta, terdiri dosen, guru, mahasiswa, seniman, penulis, juga wartawan. (maros fm news department)

Post a Comment

 
Copyright © 2014 102,3 Maros FM, Dari Maros Untuk Indonesia. Designed by Maros Enterprise.