Yayasan Sulapa Eppae dan Badan Kerjasama Kesenian Indonesia (BKKI) Maros bersama Dinas Pendidikan Maros menggelar Lokakarya Pembelajaran Budaya Bugis Makassar di ruang Rapat Setda kantor Bupati Maros, Kamis (28/10/2017).
Kegiatan ini dihadiri 100 peserta yang terdiri dari 70 orang guru seni budaya dan 30 orang pelaku budaya dan seni di Maros. Menghadirkan pembicara ketua komite IV DPD RI, Ajeip Padindang, Budayawan Sulsel, Andi Erham pabokori, P.hD, ketua BKKI Maros yang juga anggota tim ahli Cagar Budaya Maros, Husni Siame.
Selain itu hadir juga Ketua DPRD Maros, H.A.S Chaidir Syam serta Legislator Sulsel, A. Irfan AB.
Lokakarya yang dimoderatori Direktur Radio Maros FM, Lory Hendradjaya ini, membahas perlunya mempelajari budaya Bugis Makassar dan pembelajaran menulis huruf lontara secara mendalam di sekolah formal.
Ajiep Padindang mengungkapkan ada pembentukan karakter Bangsa Indonesia dalam pelajaran budaya Bugis Makassar karena nilai luhur yang terkandung dalam pappaseng, kisah tobarani dan kesejarahan toriolo mengajarkan banyak hal yang bisa digunakan dalam membangun karakter bangsa ini.
Menurut Ajeip, ada dua hal yang menjadi musuh besar generasi bangsa sekarang ini, yakni Narkoba dan kecanggihan IT berupa media sosial. Keduanya hanya bisa dilawan dengan penguatan budaya kita.
Sementara itu, Budayawan Sulsel, Erham Pabokori lebih menekankan bagaimana kesejarahan Maros dan nilai nilai yang bisa dipetik dari sejarah Maros sejak Karaeng Loe ri Pakere sampai cerita Maros dalam sejarah perjuangan bangsa.
Adapun Ketua BKKI Maros, Husni Siame sendiri mengungkap kekayaan Maros dalam perjalanan purba dunia dengan banyak ditemukannya benda budaya dan cagar budaya lainnya. Hand stensil sebagai karya manusia tertua di dunia yang ditemukan di Leang Leang merupakan bukti perjalanan panjang budaya Maros sehingga harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik-baiknya sebagai suatu kekayaan yang tidak ternilai harganya. (maros fm news department)
Post a Comment