Oktober) dan musim hujan (Nopember – April), ketika tidak ada faktor yang mengganggu maka
puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus – September dan puncak musim hujan pada
bulan Januari.
Pada periode musim kemarau tahun 2015 ini terasa agak berbeda karena masyarakat termasuk Maros
merasakan panas dan kering yang lebih dari biasanya, banyak sumber air atau waduk yang
mengering.
Warga Maros, Sulawesi Selatan, yang terpaksa menggunakan air dari sumber yang kotor dan asin untuk hidup sehari-hari (2015). (istimewa)
Setidaknya ada 3 faktor penyebab utama musim kemarau di Sulawesi Selatan pada tahun 2015 terasa lebih kering dan lebih kuat dari tahun sebelumnya antara lain, Suhu Muka Laut Perairan Sulawesi Selatan, Kuatnya Monsun Timur (Australia), serta Fenomena El Nino yang sedang berlangsung saat ini.
Menurut data yang bsfm dapatkan dari BMKG, Saat ini, BMKG dan beberapa organisasi Meteorologi di dunia menyatakan bahwa sekarang terjadi fenomena El Nino moderat hingga kuat dan diperkirakan masih akan berlangsung hingga bulan Desember 2015.
Sujarwo, S.Si, M.Si selaku Kepala Sub Bidang Pelayanan Jasa Balai Besar M&G Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wil. IV - Makassar menjelaskan ada beberapa langkah antisipasi yang harus segera dilakukan baik oleh masyarakat maupun Pemerintah dalam menghadapi Musim Kemarau yang kering dan panjang ini, diantaranya adalah :
1. Waspada dan hati – hati terhadap api/kebakaran, karena massa udara kering akan
mudah meyulut api.
2. Melakukan penghematan penggunaan air tanah.
3. Mengalihkan proses pertanian, dari tanaman yang banyak membutuhkan air kepada tanaman yang sedikit membutuhkan air, misalnya dari padi ke palawija.
4. Karena fenomena ini kemungkinan bisa berulang, maka Pemerintah dan masyarakat
harus melakukan langkah – langkah jangka menengah dan panjang, misalnya
pemeliharaan resapan air, penghijauan, pembuatan waduk baru, membangun sumur
bor atau arteri dll.
(bsfm news department)


Post a Comment