NEWS

Friday, 12 August 2016

AJIEP PADINDANG AJAK SASTRAWAN DAN BUDAYAWAN MAROS BEDAH ESAI WAWAN MATTALIU

Kemampuan Wawan Mattaliu sebagai penulis dalam membuat esai dan merekam berbagai fenomena sosial untuk disajikan di dunia maya menjadi pembahasan utama dalam bedah esai karya Wawan Mattaliu bersama anggota DPD RI, Dr. Ajiep Padindang, kamis (11/8/2016) sekitar pukul 10.30 wita di D' Clove cafe, Maros.

Penulis Wawan Mattaliu (kiri), Anggota DPD RI, Ajiep Padindang (tengah), Moderator Lory Hendradjaya (kanan) dalam Bedah Esai karya Wawan Mattaliu yang juga sekaligus mewarnai reses Ajiep Padindang di Sulsel (11/8/2016) (dok. maros fm)

Dalam diskusi yang dihadiri sastrawan, seniman, budayawan dan tokoh pemuda Maros itu, Ajiep mengungkapkan kekagumannya terhadap berbagai esai yang ditulis Wawan merupakan tulisan yang sangat cerdas menyampaikan kritik sosialnya. Bahkan menurut Ajiep, tulisan-tulisan tersebut sudah sangat layak dibukukan dan menjadi Kado bukan hanya untuk Maros tetapi juga untuk Sulsel dan Indonesia.

Salah satu esai Wawan yang dibedah yang berjudul AIR. Ajiep membacakan kalimat penutup tulisan tersebut yang berbunyi "Air yang menghilang akan menyisakan tanah yang retak, hutan yang ranggas dan mahluk berbelulang yg serupa zombie. Hidup dan kerontang. Lagi pula saya tak berani membayangkan, kita tak mandi 31 hari kemudian bertemu pada sebuah siang dengan panas 42 derajat celcius. Dehidrasi. Dan sungguh rexona tak akan mempan. Saya fikir itu akan menjadi pertemuan yang membutuhkan ambulance."

Ajiep melihat dalam tulisan itu terbaca pentingnya Air bagi kehidupan, dan seperti itulah esai yang selalu memberikan pesan yang mengajak pembacanya berpikir dan kemudian membenarkannya.

Esai lain yang juga ikut dibedah yakni Dhuafa, Champ, Masih tentang Jum'at dan Passion yang untuk saat ini tulisan tersebut hanya bisa ditemui di wall facebook Wawan Mattaliu.

Wawan sangat mengapresiasi kegiatan yang digelar untuk membedah berbagai esainya itu tetapi tetap meminta berbagai saran dan masukan.

Wawan menjelaskan dirinya kebanyakan menulis esai dengan spontan di dunia maya tanpa proses editing tetapi dengan pendalaman berbagai materi dari hasil tukar pikiran dan diskusi di warung kopi serta membaca berbagai referensi. Dirinya juga mengaku hobi menulis itu terus dijalaninya salah satu alasan untuk menghindari kepikunan.

Salah seorang peserta diskusi dari akademisi, Didin Halim mengaku sudah lama membaca esai-esai wawan. Menurutnya, daya intuitif Wawan dan olahan kreatifnya muncul secara spontan dan liar dalam memotret berbagai fenomena sosial dengan menyatukan pandangan dalam berbagai perspektif. (maros fm news department)

Berita terkait :

- AJIEP PADINDANG : BANGGALAH MENJADI ORANG MAROS

- AJIEP PADINDANG BERSAMA BUDAYAWAN MAROS ULAS NILAI BUDAYA BUGIS MAKASSAR DEMI CIPTAKAN PILKADA DAMAI

- AJIEP PADINDANG AKAN DIALOG NILAI BUDAYA LOKAL DALAM POLITIK BERSAMA WARGA MAROS

- SENIMAN MAROS GELAR DIALOG BUDAYA DAN PENTAS PANGGUNG SASTRA DI AKHIR TAHUN

- UCAPAN SALAM " SALAMA'KI TAPADA SALAMA' " HARUS DIMASYARAKATKAN DI MAROS

- ANGGOTA DPRD SULSEL WAWAN MATTALIU UNGKAP HASIL KUNJUNGAN RESESNYA DI RADIO BSFM MAROS




Post a Comment

 
Copyright © 2014 102,3 Maros FM, Dari Maros Untuk Indonesia. Designed by Maros Enterprise.